PRAMUKA

Perkuat gerakan pramuka sebagai wadah pembentukan karakter bangsa

Raih keberhasilan melalui kerja keras secara cerdas dan ikhlas

Ajak kaum muda meningkatkan semangat bela negara

Mantapkan tekad kaum muda sebagai patriot pembangunan

Utamakan kepentingan bangsa dan negara diatas segalanya 

Kokohkan persatuan dan kesatuan negara Repulik Indonesia


Amalkan satya dan Darma Pramuka



Sejarah Pramuka

Nama Baden Powel dikenal dan dihormati di seluruh penjuru dunia sebagai pria
yang selama 83 tahun melalui dua kehidupan yang berbeda, sebagai prajurit yang
berjuang demi negaranya, dan sebagai seorang yang bekerja aktif untuk kedamaian dan
persaudaraan melalui Scout Movement.
Robert Stephenson Smyth Baden-Powel , dikenal sebagai B-P, lahir di 6 Stanhope
Street (sekarang 11, Stanhope Terrace) Paddington, London pada 22 Februari 1857. Beliau
adalah anak laki-laki ke-enam dan anak ke-delapan dari 10 bersaudara dari Reverend
Baden Powell, seorang Professor di Universitas Oxford.
Ayah B-P wafat ketika B-P berusia 3 tahun. B-P kemudian beliau diasuh oleh
ibunya, bersekolah di Rose Hill School, Tunbridge Wel s, dimana pada usia 12 tahun beliau
kemudian mendapat beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya ke Charterhouse School,
salah satu sekolah ternama di Inggris. Sekolah ini terletak di London ketika B-P pertama
masuk, tapi kemudian Charterhouse School pindah ke Godalming, Surrey. Selama di
Charterhouse School B-P juga mempelajari seni kerajinan kayu, seni peran, piano dan
biola.
Di sekitar tempat baru Charterhouse School terdapat hutan-hutan, yang “out-of-
bounds” of people (akar dari istilah OUTBOND), diluar pengetahuan orang-orang. Disinilah
B-P mula-mula belajar kehidupan survival. B-P biasa berburu dan memasak kelinci diatas
api kecil, sehingga asapnya tidak terlihat oleh guru-gurunya yang mencarinya karena
tidak mengikuti pelajaran. Ini kemudian akan menjadi sangat berguna dalam perjalanan
karirnya.
Liburannya tidak pernah terbuang sia-sia. Dengan saudara-saudaranya beliau
selalu berpetualang. Pada suatu liburan mereka mengadakan ekspedisi pelayaran seputar pantai selatan Inggris. Di liburan lainnya mereka menyelusuri sungai Thames menuju
sumbernya menggunakan kano. Selama itu B-P belajar seni dan kerajinan yang sangat
bergunabaginya.
B-P kemudian mengikuti seleksi masuk kemiliteran dan mendapat posisi kedua dari
ribuan pendaftar. Karier B-P dalam dunia kemiliteran meningkat dalam waktu singkat.
Tak lama setelah masuknya B-P di kemiliteran, B-P beliaungkat menjadi Kolonel.
Pada 1876 B-P ditugaskan ke India sebagai prajurit muda yang menyukai
Kepramukaan dan pembuatan peta. Sepulangnya dari sana, beliau menyelenggarakan
pelatihan Kepramukaan dan pembuatan peta untuk para prajurit. Metode B-P sama
sekali tidak kuno pada masa-masa itu; unit kecil atau patrol bekerjasama dibawah satu
pimpinan, dengan penghargaan menarik pada patrol terbaik. B-P memberi penghargaan
berupa badge yang melukiskan titik kompas arah utara.
Desain tradisional dari titik kompas utara diberikan pada peserta pelatihan terbaik untuk motivasi. Badge Pramuka yang ada saat ini sangat serupa dengan badge tersebut.
Kemudian beliau ditugaskan di Balkan, Afrika Selatan dan Malta. Pada masa
perang Boer, B-P dan 800 laki-laki lainnya terpaksa bertahan dalam Mafeking, sebuah
kota kecil di Afrika Selatan selama 217 hari, menghadapi pasukan bangsa Boer
berkekuatan 9000 orang. Selama di Mafeking, B-P melatih para “Kadet Pengirim Pesan”
yang dimilikinya dengan penuh efisien dan kejeniusan sehingga dapat melakukan banyak
tugas dalam rangka bertahan menghadapi pasukan bangsa Boer. Tes yang cukup berat
bagi kemampuan Kepramukaan B-P. Keberanian dan kemampuan yang ditunjukkannya
menimbulkan kesan mendalam bagi Inggris. Setelah perang Boer berakhir, B-P melatih
para prajurit Afrika Selatan dan mendesain sebuah seragam yang kemudian menjadi
dasar seragam Scout Movements.

Ketika di Afrika pernah mengalahkan kerajaan Zulu dan mengambil kalung manik
kayu milik Raja Dinizulu. Selama di Afrika, B-P menulis “Aids To Scouting” yang
sebenarnya ditujukan untuk memberi petunjuk pada tentara muda Inggris agar dapat
melakukan tugas penyelidik dengan baik.
Pulang ke Inggris pada 1903, beliau menjadi pahlawan nasional. Beliau juga
mengetahui “Aids To Scouting" telah dibaca oleh para pemuda dan organisasi-organisasi di
seluruh penjuru negeri sebagai pramukaan program petualangan mereka. Beliau
mendiskusikan hal ini dengan Sir William Smith, pendiri Boys Brigade, dan para pemimpin
muda lainnya. B-P merevisi ”Aids To Scouting", menjadi buku kepramukaan untuk
pemuda dan organisasi-organisasi kepemudaan. Beliau merencanakan sebuah
perkemahan untuk mencoba ide-idenya. Perkemahan tersebut diselenggarakan pada 25 Juli hingga 9 Agustus 1907 pulau Brownsea, Poole, Dorset.
Beliau membawa serta 22 pemuda dari Boys Brigade, berkemah bersama mereka, dibawah pimpinannya. Pimpinan pasukan saat itu Letjen. Robert Baden Powel . Asistennya B.W. Green, H. obson dan P.W. Everett. Perkemahan ini sangat sukses sedemikian hingga mengilhaminya membuat buku "Scouting for Boys", dipublikasikan dalam 6 bagian mulai Januari 1908. Pada akhir 1908
buku ini telah diterjemahkan dalam 5 bahasa, sampai saat ini (Januari 2003) telah
diterjemahkan dalam 35 bahasa. Sketsa-sketsa dalam buku tersebut semuanya adalah
hasil karya B-P, kebanyakan berdasarkan karirnya yang sangat menarik.

Secara spontan para anak laki-laki mulai membentuk Scout Troops di seluruh
penjuru negeri. Pada September 1908 Baden-Powel telah membangun sebuah kantor
untuk mengelola jumlah mereka yang terus meningkat
Kepramukaan menyebar dengan cepat di Kerajaan Inggris dan negara-negara
lainnya sampai kemudian dipraktekkan secara luas di seluruh dunia, kecuali di negara-
negara totaliter-komunis (Kepramukaan menganut paham demokratis dan
kesukarelaan). Kepramukaan memasuki Kanada pada Mei 1908. Kepramukaan dimulai
di banyak komunitas pada waktu yang hampir bersamaan sehingga tidak dapat
diketahui komunitas mana yang memulainya.

Tahun 1909, raja Edward VII, yang sangat tertarik pada Gerakan baru ini,
menyatakan bahwa Gerakan Kepramukaan sangat penting sehingga akan menjadi
pengabdian yang sangat besar bagi Inggris bila B-P bersedia mengundurkan diri dari
kemiliteran dan mencurahkan diri pada Kepramukaan (saat itu pangkat B-P mencapai
Inspektur Jenderal Kavaleri). Hal ini disetujui B-P, beliau pensiun pada 1910 pada usia 53
tahun, dan kemudian mencurahkan segala energi dan antususiasme demi pengembangan
Boy Scouting dan Girl Guiding. Girl Guiding dimulai pada 1909 ketika para anak
perempuan mengikuti Scout Rally yang pertama di Crystal Palace, London dan bertanya
pada B-P bagaimana mereka bisa menjadi seorang pramuka. Beliau berkeliling ke seluruh
penjuru dunia, dimanapun beliau diperlukan, untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan Scout Movements dan memberi inspirasi sejauh yang beliau pribadi dapat
berikan Raja Edward VII bahkan menciptakan King’s Scout Badge, penghargaan dari raja
untuk pramuka teladan Inggris yang berupa badge, yang kemudian berubah menjadi
Queen’s Scout Badge oleh ratu Elizabeth.

Pada 1912 beliau bertemu dan kemudian menikah dengan Olave Soames yang
secara terus-menerus membantu dan menemaninya mengabdi pada Scout Movements.
Mereka memiliki tiga orang anak (Peter, Heather and Betty). Olave Lady Baden-Powel
kemudian dikenal sebagai World Chief Girl Guide.

Tahun 1916 berdiri kelompok Pramuka usia Siaga, yang disebut CUB (anak serigala)
dengan buku The Jungle Book, berisi cerita tentang Mowgli anak didikan rimba karangan
Rudyard Kipling sebagai cerita pembungkus kegiatan CUB tersebut. Tahun 1918 B-P
membentuk ROVER SCOUT (Pramuka usia Penegak) untuk menampung pemuda yang
berusia lebih dari 17 tahun, tetapi masih senang berkegiatan di bidang Kepramukaan.
Tahun 1922 B-P menerbitkan buku “Roverring To Success” yang berisi panduan bagi para
pramuka Penegak dalam menghadapi hidupnya, agar mencapai kebahagiaan. Buku ini
menggambarkan seorang pemuda yang harus mengayuh sampannya sendiri menuju
pantai kebahagiaan, yang di hadapannya terdapat karang-karang yang berbahaya,
yaitu : karang perjudian, karang wanita, karang minuman keras & merokok, karang
mementingkan diri sendiri dan mengorbankan orang lain (munafik), serta karang tidak
ber-Tuhan.
International Scout Jamboree pertama diselenggarakan di Olympia, London pada
1920. Pada penutupan International Scout Jamboree B-P diakui para pramuka dan
pimpinan pramuka sebagai Chief Scout of the World, bukan sebagai gelar kehormatan,
melainkan pengakuan mereka kepada B-P sebagai pendiri World Scout (Gerakan
Pramuka Sedunia). Sorak sorai yang selalu mengiringi kedatangannya, yang berubah
menjadi keheningan ketika beliau mengangkat tangannya, cukup membuktikan bahwa
beliau telah mengambil hati dan imajinasi pengikutnya di negara manapun mereka
tinggal.
Saat jambore "Coming Of Age" tahun 1929 (jambore dunia ketiga) di Arrowe
Park
, Birkenhead, Inggris, Pangeran kerajaan Wales mengumumkan bahwa B-P akan
mendapat gelar kehormatan dari raja George V. Berita ini diterima dengan penuh
sukacita. B-P menerima gelar Lord Baden-Powell of Gilwel setelah sebelumnya menerima
gelar Baron. Gilwell Park adalah pusat pelatihan internasional untuk para pramuka yang
terletak di hutan Epping, diluar London, Inggris.

Sejak tahun 1920 dibentuk Dewan Internasional dengan 9 orang anggota dan Biro
Sekretariat di London, Inggris. Pada tahun 1958 Biro Kepramukaan Sedunia (putra)
dipindahkan dari London ke Ottawa, Kanada. Tanggal 1 Mei 1968 Biro Kepramukaan
Sedunia dipindahkan lagi ke Jenewa, Swiss. Biro Kepramukaan Sedunia (putra) hanya
mmpunyai 40 tenaga staf, yang ada di Jenewa dan 5 kantor kawasan, yaitu di Costa Rica,
Mesir, Filipina, Swiss dan Nigeria.

Kepramukaan bukan satu-satunya minat B-P. Beliau juga menyukai dunia peran,
memancing, bermain polo dan berburu. Beliau adalah seniman yang baik, bekerja dengan
pensil dan cat air. Beliau juga tertarik pada seni pahat dan membuat film keluarga.
B-P menulis tidak kurang dari 32 buku. Beliau menerima gelar kehormatan dari
minimal 6 universitas. Selain itu, 19 penghargaan bidang Kepramukaan dari manca negara
dan 28 dekorasi dari manca negara dipersembahkan untuknya.

Pada 1938, B-P menderita sakit dan kemudian kembali ke Afrika, yang telah
banyak memberi arti dalam kehidupannya, untuk menikmati masa-masa pensiun di
Nyeri
, Kenya
. Ternyata sangat sulit baginya untuk berdiam diri, sehingga beliau kemudian
secara kontinu membuat buku dan sketsa.

B-P wafat pada 8 Januari 1941, pada usia 83 tahun. Beliau dimakamkan di Saint
Peter’s Churchyard, Nyeri, dengan pemandangan gunung Kenya. Di pusaranya tertulis
kata-kata "Robert Baden-Powel , Chief Scout of the World, born February 22nd, 1857, died
January 8th, 1941". Terukir pula pada pusaranya badge Boy Scout dan Girl Guide dan
lingkaran dengan titik di tengah yang bermakna “Gone Home”. Lady Olave Baden-Powel
melanjutkan tugasnya, memasyarakatkan Kepramukaan dan Girl Guide di seluruh dunia
sampai beliau wafat pada 1977. Beliau dimakamkan di sisi Baden-Powel di Nyeri.
Baden Powel telah menulis pesan perpisahan untuk para Pramuka, untuk disampaikan setelah beliau wafat

"Dear Scouts - If you have ever seen the play "Peter Pan" you wil remember how the pirate
chief was always making his dying speech because he was afraid that possibly when the
time came for him to die he might not have time to get it off his chest. It is much the same
with me, and so, although I am not at this moment dying, I shall be doing so one of these
days and I want to send you a parting word of good-bye.
Remember, it is the last time you will ever hear from me, so think it over.
I have had a most happy life and I want each one of you to have as happy a life too. I believe that God put us in this jolly world to be happy and enjoy life. Happiness doesn't
come from being rich, nor merely from being successful in your career, nor by self-indulgence. One step towards happiness is to make yourself healthy and strong while you
are a boy, so that you can be useful and so you can enjoy life when you are a man.
Nature study will show you how full of beautiful and wonderful things God has made the
world for you to enjoy. Be contented with what you have got and make the best of it. Look
on the bright side of things instead of the gloomy one.
But the real way to get happiness is by giving out happiness to other people. Try and leave
this world a little better than you found it and when your turn comes to die, you can die
happy in feeling that at any rate you have not wasted your time but have done your best.
"Be Prepared" in this way, to live happy and to die happy- stick to your Scout Promise
always when you have ceased to be a boy - and God help you to do it.

Yourfriend,
Robert Baden-Powel"

Pesan ini tidak bertanggal, tetapi kemungkinan ditulis sebelum 1929 karena masih
menggunakan nama "Robert Baden-Powel ", bukan "Baden-Powel of Gilwel ".
Lady Baden-Powell mengatakan bahwa surat ini, dimasukkan dalam amplop yang
ditujukan pada para Boy Scout, ditemukan di antara surat-surat lainnya yang selalu
dibawa dalam perjalanan mereka dalam amplop bertuliskan “dalam masa kematianku”

Daftar Istilah
scout = pramuka
scout movements = gerakan Kepramukaan dunia
patrol = unit terkecil dalam satuan,
contoh : regu, sangga, rakit
scout troops = satuan sejenis ambalan, pasukan, racana
boy scout = gerakan Kepramukaan untuk laki-laki
girl guide = gerakan Kepramukaan untuk perempuan
scout rally = perlombaan para pramuka
international scout jamboree = jambore pramuka sedunia
boy scouting = Kepramukaan bagi anak laki-laki
girl guiding = Kepramukaan bagi anak perempuan
chief scout of the world = pendiri gerakan Kepramukaan


Proses Pendirian GERAKAN
PRAMUKA

Pendidikan Kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi pendidikan nasional yang
penting, yang merupakan bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
sejarah Kepramukaan di Indonesia perlu kita pelajari, dengan maksud :
1. Agar mengetahui proses pembentukan dan perkembangan Gerakan Pramuka dan
mengetahui pula peranan apa yang dilakukan dalam perjuangan bangsa Indonesia
2. Agar mengetahui dan memahami kedudukan Gerakan Pramuka dalam hubungannya dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia
3. Agar dapat memahami kebijaksanaan dalam menyelenggarakan usaha pendidikan kepramukaan di Indonesia

Masa Hindia Belanda.

Sejak tahun 1908, buku “Scouting For Boys” yang ditulis oleh Baden Powell untuk para
pramuka, telah tersebar ke banyak negara, termasuk Belanda. Gagasan yang termuat dalam
buku tersebut telah menarik perhatian banyak masyarakat Belanda, yang kemudian gagasan
tersebut dibawa pula ke Indonesia.
Organisasi kepramukaan di Indonesia dimulai oleh adanya cabang "Nederlandse Padvinders
Organisatie" (NPO) pada tahun 1912, yang pada saat pecahnya Perang Dunia I memiliki kwartir besar sendiri serta kemudian berganti nama menjadi "Nederlands-Indische
Padvinders Vereeniging" (NIPV) pada tahun 1916.

Pemimpin-pemimpin pergerakan nasional kemudian tertarik pula atas gagasan Baden Powell
tersebut, dan membentuk organisasi-organisasi kepramukaan yang bertujuan membentuk
manusia Indonesia menjadi kader Pergerakan Nasional. Organisasi Kepramukaan yang
diprakarsai oleh bangsa Indonesia adalah "Javaanse Padvinders Organisatie" (JPO); berdiri
atas prakarsa S.P. Mangkunegara VII pada tahun 1916.

Kenyataan bahwa kepramukaan itu senapas dengan pergerakan nasional, seperti tersebut di
atas dapat diperhatikan pada adanya "Padvinder Muhammadiyah" yang pada 1920 berganti
nama menjadi "Hisbul Wathon" (HW); "Nationale Padvinderij" yang didirikan oleh Budi
Utomo; Syarikat Islam mendirikan "Syarikat Islam Afdeling Padvinderij" yang kemudian
diganti menjadi "Syarikat Islam Afdeling Pramuka" dan lebih dikenal dengan SIAP, Nationale
Islamietishe Padvinderij (NATIPIJ) didirikan oleh Jong Islamieten Bond (JIB) dan Indonesisch
Nationale Padvinders Organisatie (INPO) didirikan oleh Pemuda Indonesia.

Sumpah Pemuda yang dicetuskan dalam Kongres Pemuda pada 28 Oktober 1928, benar-
benar menjiwai gerakan kepramukaan nasional Indonesia untuk bergerak lebih maju. Pada
tahun 1930 dengan adanya Indonesische Padvinders Organizatie (INPO), Pramuka Kesultanan
(PK), dan Pramuka Pemuda Sumatera (PPS) bergabung menjadi Kepramukaan Bangsa
Indonesia (KBI). Kemudian terbentuklah PAPI yaitu "Persaudaraan Antara Pramuka Indonesia"
pada tahun 1931, yang kemudian berkembang menjadi Badan Pusat Persaudaraan
Kepramukaan Indonesia (BPPKI) pada bulan April 1938.

Antara tahun 1928-1935 bermunculan gerakan kepramukaan Indonesia baik yang bernafas
utama kebangsaan maupun agama. Kepramukaan yang bernafas kebangsaan dapat dicatat
Pramuka Indonesia (PI), Padvinders Organisatie Pasundan (POP), Pramuka Kesultanan (PK),
Sinar Pramuka Kita (SPK) dan Kepramukaan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan yang bernafas
agama Pramuka Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathon, Kepramukaan Islam Indonesia (KII),
Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), Tri Darma (Kristen), Kepramukaan Azas Katholik
Indonesia (KAKI), Kepramukaan Masehi Indonesia (KMI).

Sebagai upaya untuk menggalang kesatuan dan persatuan, Badan Pusat Persaudaraan
Kepramukaan Indonesia BPPKI merencanakan "All Indonesian Jamboree". Rencana ini
mengalami beberapa perubahan baik dalam waktu pelaksanaan maupun nama kegiatan,
yang kemudian disepakati diganti dengan "Perkemahan Kepramukaan Indonesia Oemoem"
disingkat PERKINO dan dilaksanakan pada tanggal 19-23 Juli 1941 di Yogyakarta.
Masa Bala Tentara Dai Nippon."Dai Nippon"!

Itulah nama yang dipakai untuk menyebut Jepang pada waktu itu. Pada masa Perang Dunia II,
bala tentara Jepang mengadakan penyerangan dan Belanda meninggalkan Indonesia. Partai
dan organisasi rakyat Indonesia, termasuk gerakan kepramukaan, dilarang berdiri. Para tokoh
pramuka banyak yang masuk organisasi Seinendan, Keibodan dan Pembela Tanah Air (PETA).
Namun upaya menyelenggarakan PERKINO II tetap dilakukan. Bukan hanya itu, semangat
kepramukaan tetap menyala di dada para anggotanya.

Masa Republik Indonesia.

Sebulan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa tokoh kepramukaan
berkumpul di Yogyakarta dan bersepakat untuk membentuk Panitia Kesatuan Kepramukaan
Indonesia sebagai suatu panitia kerja, menunjukkan pembentukan satu wadah organisasi
kepramukaan untuk seluruh bangsa Indonesia dan segera mengadakan Kongres Kesatuan
Kepramukaan Indonesia.

Kongres yang dimaksud, dilaksanakan pada tanggal 27-29 Desember 1945 di Surakarta
dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat Indonesia. Perkumpulan ini didukung oleh segenap
pimpinan dan tokoh serta dikuatkan dengan "Janji Ikatan Sakti", lalu pemerintah RI mengakui
sebagai satu-satunya organisasi kepramukaan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No.93/Bag. A, tertanggal 1 Februari 1947.

Tahun-tahun sulit dihadapi oleh Pandu Rakyat Indonesia karena serbuan Belanda. Bahkan
pada peringatan kemerdekaan 17 Agustus 1948 waktu diadakan api unggun di halaman
gedung Pegangsaan Timur 56, Jakarta, senjata Belanda mengancam dan memaksa Soeprapto
menghadap Tuhan, gugur sebagai Pramuka, sebagai patriot yang membuktikan cintanya pada negara, tanah air dan bangsanya. Di daerah yang diduduki Belanda, Pandu Rakyat Indonesia
dilarang berdiri.
Keadaan ini mendorong berdirinya perkumpulan lain seperti Kepramukaan
Putera Indonesia (KPI), Pramuka Puteri Indonesia (PPI), Kepramukaan Indonesia Muda (KIM).
Masa perjuangan bersenjata untuk mempertahankan negeri tercinta merupakan pengabdian
juga bagi para anggota pergerakan kepramukaan di Indonesia, kemudian berakhirlah periode
perjuangan bersenjata untuk menegakkan dan mempertahakan kemerdekaan itu, pada
waktu inilah Pramuka Rakyat Indonesia mengadakan Kongres II di Yogyakarta pada tanggal
20-22 Januari 1950
Kongres ini antara lain memutuskan untuk menerima konsepsi baru, yaitu memberi
kesempatan kepada golongan khusus untuk menghidupkan kembali bekas organisasinya
masing-masing dan terbukalah suatu kesempatan bahwa Pandu Rakyat Indonesia bukan lagi
satu-satunya organisasi kepramukaan di Indonesia dengan keputusan Menteri PP dan K
nomor 2344/Kab. tertanggal 6 September 1951 dicabutlah pengakuan pemerintah bahwa
Pramuka Rakyat Indonesia merupakan satu-satunya wadah kepramukaan di Indonesia, jadi
keputusan nomor 93/Bag. A tertanggal 1 Februari 1947 itu berakhir sudah.

Mungkin agak aneh juga kalau direnungi, sebab sepuluh hari sesudah keputusan Menteri No.
2334/Kab. itu keluar, maka wakil-wakil organisasi kepramukaan mengadakan konferensi di
Jakarta. Pada saat inilah tepatnya tanggal 16 September 1951 diputuskan berdirinya Ikatan
Pramuka Indonesia (IPINDO) sebagai suatu federasi.
Pada 1953 Ipindo berhasil menjadi anggota kepramukaan sedunia.
Ipindo merupakan federasi bagi organisasi kepramukaan putera, sedangkan bagi organisasi
puteri terdapat dua federasi yaitu PKPI (Persatuan Kepramukaan Puteri Indonesia) dan
POPPINDO (Persatuan Organisasi Pramuka Puteri Indonesia). Kedua federasi ini pernah
bersama-sama menyambut singgahnya Lady Baden-Powell ke Indonesia, dalam perjalanan ke
Australia.

Dalam peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-10 Ipindo menyelenggarakan
Jambore Nasional, bertempat di Ragunan, Pasar Minggu pada tanggal 10-20 Agustus 1955,
Jakarta.

Ipindo sebagai wadah pelaksana kegiatan kepramukaan merasa perlu menyelenggarakan
seminar agar dapat gambaran upaya untuk menjamin kemurnian dan kelestarian hidup
kepramukaan. Seminar ini diadakan di Tugu, Bogor pada bulan Januari 1957.

Seminar Tugu ini menghasilkan suatu rumusan yang diharapkan dapat dijadikan acuan bagi
setiap gerakan Kepramukaan di Indonesia. Dengan demikian diharapkan kepramukaan yang
ada dapat dipersatukan. Setahun kemudian pada bulan November 1958, Pemerintah RI,
dalam hal ini Departemen PP dan K mengadakan seminar di Ciloto, Bogor, Jawa Barat, dengan
topik "Penasionalan Kepramukaan".

Kalau Jambore untuk putera dilaksanakan di Ragunan Pasar Minggu-Jakarta, maka PKPI
menyelenggarakan perkemahan besar untuk puteri yang disebut Desa Semanggi bertempat di
Ciputat. Desa Semanggi itu terlaksana pada tahun 1959. Pada tahun ini juga Ipindo
mengirimkan kontingennya ke Jambore Dunia di MT. Makiling Filipina.

Kelahiran Gerakan Pramuka..
Latar Belakang Lahirnya Gerakan Pramuka

Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan menyimak latar belakang lahirnya
Gerakan Pramuka, orang perlu mengkaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada sekitar tahun
1960.

Dari ungkapan yang telah dipaparkan di depan kita lihat bahwa jumlah perkumpulan
kepramukaan di Indonesia waktu itu sangat banyak. Jumlah itu tidak sepandan dengan
jumlah seluruh anggota perkumpulan itu. Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta
Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal 330. C. yang menyatakan bahwa
dasar pendidikan di bidang kepramukaan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang
kepramukaan (Pasal 741) dan pendidikan kepramukaan supaya diintensifkan dan menyetujui
rencana Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian kepramukaan
supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powellisme (Lampiran C Ayat 8). Ketetapan itu
memberi kewajiban agar Pemerintah melaksanakannya. Pada 9 Maret 1961 Presiden/Mandataris MPRS mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepramukaan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Pada hari Kamis malam  Presiden mengungkapkan bahwa kepramukaan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepramukaan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh danMenteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah perlu sesuatu pengesahan.

Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No.112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961.

Masih dalam bulan April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961
tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini
terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan
Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial). Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran
Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961,
tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka Kelahiran Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan
yaitu:
1. Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili
organisasi kepramukaan yang terdapat di Indonesia pada 9 Maret 1961 di Istana Negara.
Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA.

2. Diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang
Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi
kepramukaan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepramukaan bagi anak-
anak dan pemuda Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang
dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam
menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Mei adalah Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi
Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan
di lingkungan ketiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN
KERJA.
3. Pernyataan para wakil organisasi kepramukaan di Indonesia yang dengan ikhlas
meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga
Senayan pada 30 Juli 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN
PRAMUKA.
4. Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti defile Pramuka untuk
diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan tanda
penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepramukaan Nasional Indonesia
(Keppres No. 448 Tahun 1961) pada 14 Agustus 1961. Peristiwa ini kemudian disebut
sebagai HARI PRAMUKA.

Dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka ditetapkan bahwa dasar Gerakan Pramuka adalah
Pancasila dan bahwa tujuan Gerakan Pramuka adalah mendidik anak-anak dan pemuda-
pemuda Indonesia dengan Prinsip-Prinsip Dasar Metodik Pendidikan Kepramukaan (sekarang
PDK dan MK) yang pelaksanaannya diserasikan dengan keadaan, kepentingan, dan
perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia sehingga menjadi manusia-manusia
Indonesia yang baik, dan anggota masyarakat Indonesia yang berguna bagi pembangunan
bangsa dan negara.

Ketentuan dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka tentang Prinsip-Prinsip Dasar Metodik
Pendidikan Kepramukaan (sekarang PDK dan MK) ternyata mampu membawa banyak
perubahan sehingga Gerakan Pramuka dapat mengembangkan kegiatannya secara meluas.
Prinsip-Prinsip Dasar Metodik Pendidikan Kepramukaan (sekarang PDK dan MK) sebagaimana
dirumuskan oleh B-P tetap dipegang, akan tetapi cara pelaksanaannya diserasikan dengan

keadaan dan kebutuhan Nasional di Indonesia, dengan keadaan dan kebutuhan regional di
masing-masing daerah di Indonesia, bahkan juga diserasikan dengan keadaan dan kebutuhan
lokal di masing-masing desa di Indonesia.

Gerakan Pramuka Diperkenalkan..
Gerakan Pramuka ternyata jauh lebih kuat organisasinya, dan ternyata memperoleh
tanggapan dari masyarakat luas, sehingga dalam waktu singkat organisasinya telah
berkembang dari kota-kota sampai kampung-kampung dan desa-desa. Jumlah anggotanya
meningkat dengan pesat. Kemajuan pesat tersebut juga karena sistem Majelis Pembimbing
yang dijalankan oleh Gerakan Pramuka pada tiap tingkat, dari tingkat Nasional sampai tingkat
Gugus Depan.
Mengingat bahwa (saat itu) ± 80% penduduk Indonesia tinggal di desa dan mengingat pula
bahwa (saat itu) ± 75% penduduk Indonesia adalah keluarga petani, maka Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka pada tahun 1961 menganjurkan supaya para pramuka menyelenggarakan
kegiatan di bidang pembangunan masyarakat desa. Pelaksanaan anjuran itu, terutama di
Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta, kemudian di Jawa Timur dan Jawa Barat telah menarik
perhatian pada pemimpin masyarakat Indonesia.
Maka pada tahun 1966 Menteri Pertanian dan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka
mengeluarkan Instruksi Bersama tentang pembentukan Satuan Karya Pramuka Taruna Bumi.
Saka Taruna Bumi dibentuk dan diselenggarakan khusus untuk memungkinkan adanya
kegiatan-kegiatan Pramuka di bidang pendidikan cinta pembangunan pertanian dan
pembangunan masyarakat desa secara lebih nyata dan intensif. Kegiatan-kegiatan Saka
Taruna Bumi ternyata membawa pembaharuan, bahkan membawa semangat untuk
mengusahakan penemuan-enemuan baru (inovasi) pada pemuda-pemuda desa yang
selanjutnya mempengaruhi seluruh rakyat desa.
Kemudian muncul pula Saka Pramuka Dirgantara, Saka Pramuka Bahari, Saka Pramuka
Bhayangkara, yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan cinta
Dirgantara, pendidikan cinta Bahari, dan pendidikan cinta ketertiban masyarakat. Saka-saka
tersebut terdiri dari pramuka-pramuka Penegak (usia 16 – 20 tahun) dan pramuka Pandega

(usia 21 – 25 tahun) yang berminat. Pramuka Siaga (usia 7 – 10 tahun) dan pramuka
Penggalang (usia 11 – 15 tahun) tidak ikut dalam Saka-Saka tersebut, akan tetapi para
Penegak dan Pandega dalam gugus depannya menjadi instruktur bagi adik-adiknya dan rekan-
rekan pramuka lainnya mengenai kecakapan yang diperolehnya sebagai anggota Saka yang
dimaksudkan.

Perluasan Gerakan Pramuka sampai di desa-desa, kegiatan di bidang pembangunan pertanian
dan pembangunan masyarakat desa, dan pembentukan serta penyelenggaraan Saka-Saka
telah mengalami kemajuan pesat sehingga menarik perhatian badan internasional seperti
UNICEF, FAO, UNESCO, ILO dan Boy Scout World Bureau.
Pada tahun 1970 Menteri Transmigrasi dan Koperasi dan Ketua Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka mengeluarkan instruksi tentang partisipasi Gerakan Pramuka dalam
menyelenggarakan transmigrasi dan pembinaan gerakan Koperasi.
Dan berhubung dengan masalah drop-out (anak-anak yang berhenti bersekolah di tengah
jalan), Gerakan Pramuka juga mengarahkan perhatiannya kepada pendidikan kejuruan, untuk
memberi bekal hidup kelak kepada anak-anak, pemuda-pemuda, terutama kepada mereka
yang drop-out tersebut. Untuk itu diadakan kerjasama dengan Departemen Perindustrian.
Dalam rangka usaha peningkatan kecakapan, ketrampilan dan bakti masyarakat, Gerakan
Pramuka mengadakan kerjasama dengan banyak instansi, seperti PMI, Bank Indonesia
(Tabanas dan Tappelpram), Departemen Pekerjaan Umum, Departemen P & K, Departemen
Agama, dan lain-lain.

SCOUTMOTTO….

BE PREPARED berarti siap sedia baik fisik maupun mental walaupun harus menghadapi
bahaya, untuk menolong orang lain. Semakin banyak ketrampilan kepramukaan yang
dimiliki seorang pramuka, seorang pramuka akan semakin siap untuk
mengimplementasikan motto tersebut. Ketika seseorang mengalami kecelakaan,
seorang pramuka siap sedia untuk menolong karena telah dibekali ilmu pertolongan
pertama. Karena telah dibekali ketrampilan lifesaving, seorang pramuka mampu
menolong anak kecil yang jatuh ke sungai. Dengan selalu berlatih, seorang pramuka
akan selalu siap sedia untuk melakukan yang terbaik dalam keadaan darurat.

Tapi Baden Powell tidak hanya berfikir mengenai siap sedia ketika terjadi musibah saja.
Ide motto BE PREPARED yang dimunculkan Baden Powell memiliki makna bahwa
setiap pramuka harus menyiapkan dirinya untuk menjadi warganegara yang berguna
dan membantu orang lain menjadi bahagia. Baden Powell ingin setiap pramuka selalu
siap sedia untuk bekerja demi segala hal baik yang ditawarkan oleh kehidupan dan
pantang menyerah dalam menghadapi segala rintangan yang menghadang.

Siap sedia untuk kehidupan – untuk hidup bahagia dan tanpa perlu merasa kecewa,
karena selalu mengusahakan yang terbaik. Itulah pengertian dari Scout Motto.


Apa Itu Pramuka…

GERAKAN “SELF-EDUCATION” UNTUK KAUM MUDA
Kepramukaan adalah gerakan “self-education” bagi kaum muda. Anggota Pramuka di tiap
negara di dunia tergabung dalam organisasi kepramukaan (NSO = National Scout
Organization) yang ada di tiap negara tersebut. WOSM (World Organization of the Scout
Movement), mengelola NSO-NSO tersebut –yang terdaftar pada WOSM– sehingga menjadi
satu kesatuan organisasi kepramukaan sedunia.
Secara garis besar, anggota WOSM terdiri dari kaum muda yang bergabung dalam WOSM dan
orang dewasa yang ingin memberi kontribusi dalam pengembangan anggota muda WOSM.

TUJUAN, PRINSIP, DAN METODE KEPRAMUKAAN
Tujuan Kepramukaan adalah untuk membantu kaum muda dalam mengembangkan
kecakapan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual baik sebagai individu maupun
bagian masyarakat serta memberi kontribusi dalam usaha membangun dunia yang lebih baik.

Prinsip Kepramukaan terkandung dalam kode etik kepramukaan dan kode kehormatan yang
dianut tiap Pramuka. Prinsip Kepramukaan berisi nilai-nilai tentang komitmen aktif dan
konstruktif seseorang pada nilai spiritual kehidupan, pada masyarakat dan pada dirinya.

Metode Kepramukaan adalah kerangka pendidikan yang luas terdiri atas elemen-elemen yang
terpadu sebagai sebuah sistem untuk menyediakan lingkungan yang aktif dan kaya bagi kaum
muda. Metode Kepramukaan didasarkan pada bagaimana kaum muda berkembang secara
alami, baik perkembangan sifat, kebutuhan maupun minat pada tahap-tahap perkembangan
yang berbeda.
Tujuan, prinsip dan metode Kepramukaan adalah dasar sistem pendidikan dalam
Kepramukaan.

SCOUTING CHARACTERISTICS.

A Movements For Young People, Especially Suited For Adolescents
Walaupun sistem pendidikan Kepramukaan sangat sesuai untuk usia remaja, tapi harus
diperhatikan bahwa batas maksimal usianya tergantung pada faktor definisi “muda” dari
sudut pandang pendidikan yang ada di masyarakat.
Secara umum, batas maksimal usia bergantung pada tingkat kedewasaan seseorang secara
umum dimana seseorang tidak lagi memerlukan pendekatan sistem pendidikan Kepramukaan
untuk meneruskan proses self-education.
Batas minimal usia bergantung pada tingkat minimal kedewasaan seseorang untuk mengikuti
sistem pendidikan Kepramukaan sehingga dia dapat mengambil manfaat dari sistem
pendidikan tersebut. Adalah jelas sekali bahwa tingkat-tingkat kedewasaan ini tidak hanya
dapat diukur dengan usia, tetapi juga dengan memperhatikan beberapa tahun kedepan
dimana dia akan memasuki periode kedua dalam kehidupannya.

A movements of young people, supported by adults
Kaum muda dalam gerakan Keramukaan didukung oleh orang dewasa, yang berperan untuk
memfasilitasi dan menyediakan kondisi yang diperlukan untuk perkembangan kaum muda.
Sebagai anggota sebuah gerakan self-education, dan dalam semangat bekerja sama dengan
orang dewasa, kaum muda berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, dengan tetap
memperhatikan tingkat kedewasaan, kemampuan dan pengalaman, untuk menjamin
relevansi atas apa yang ditawarkan Kepramukaan untuk mereka.

Open To All
Sifat keanggotaan gerakan Kepramukaan sedunia adalah terbuka untuk semua orang yang
bersedia menganut tujuan, prinsip dan metode Kepramukaan tanpa memperhatikan suku,
agama, ras, latar belakang sosial atau jenis kelamin orang tersebut.

Voluntary

Semua anggota gerakan Kepramukaan sedunia dengan sukarela menjadi anggota.
Kepramukaan tidak memaksa seseorang untuk masuk menjadi anggota atau untuk tetap
menjadi anggota.
Tiap orang yang berkeinginan menjadi anggota wajib berkomitmen pada dirinya untuk
menghormati kode etik Kepramukaan dan bertindak berdasarkan kode etik Kepramukaan.

Non Political
Gerakan Kepramukaan sedunia adalah gerakan non-politik dan bukan bagian dari organisasi
politik tertentu. Di sisi lain, sistem pendidikan Kepramukaan bertujuan untuk membantu
kaum muda menjadi, dan berkembang, sebagai individu sekaligus bagian masyarakat yang
bertanggung jawab dan konstruktif. Tujuan ini tidak dapat dicapai bila kaum muda anggota
gerakan Kepramukaan sedunia terasing dari realita sosio-politis di lingkungan mereka.
Pendekatan pendidikan Kepramukaan, oleh karena itu, mendorong kaum muda untuk
mengeluarkan pendapat mereka dan menambil peran aktif dan kosntruktif di masyarakat
sesuai dengan nilai-nilai Kepramukaan.

Independent
Walaupun gerakan Kepramukaan sedunia bekerja sama dengan banyak organisasi di luar
gerakan Kepramukaan sedunia dan
menerima banyak dukungan dari para penyumbang dana di seluruh dunia, Kepramukaan,
pada semua tingkat, adalah independen dan bebas dari kontrol pihak manapun.

Complementary To Other Forms Of Education
Pendidikan Kepramukaan adalah pendidikan non-formal. Dengan kata lain, pendidikan
Kepramukaan bukan bagian dari sistem pendidikan formal (seperti sekolah) atau sistem
pendidikan informal (seperti media komunikasi, teman). Kepramukaan tidak ingin
menghasilkan apa yang mampu dihasilkan oleh sekolah, keluarga, klub hobi, dan lain-lain.
Kepramukaan melengkapi apa yang mampu dihasilkan sistem pendidikan formal dan sistem
pendidikan informal dengan mengisi kekosongan didalamnya.

Relevant To Young People

Pendidikan Kepramukaan diharapkan dapat sesuai untuk kaum pada beragam lingkungan
sosio-kultural tempat mereka tumbuh, dan secara kontinu berusaha memenuhi kebutuhan
kaum muda menghadapi perubahan dunia yang makin cepat.

Sebagai sebuah gerakan, salah satu tantangan terbesar gerakan Kepramukaan sedunia adalah
secara kontinu berusaha menyesuaikan aspirasi kaum muda dan memenuhi kebutuhan
mereka tanpa meninggalkan tujuan, prinsip dan metode Kepramukaan.



Prinsip dasar Kepramukaan
& Metode Kepramukaan


Prinsip Dasar Kepramukaan
Merupakan norma hidup bagi Pramuka, memuat prinsip dasar yang menjadi landasan hidup bagi
Pramuka. Prinsip dasar tersebut menjadi acuan bagi Pramuka dalam mengembangkan dirinya. Prinsip
dasar kepramukaan terdiri dari empat hal, yaitu:
Iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya;
Peduli terhadap diri pribadinya;
Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka (satya dan darma – janji dan kode moral).

Metode Kepramukaan
Merupakan pedoman untuk anggota pramuka melaksanakan pembinaan di lingkungan Pramuka, baik
di tingkat satuan, gugusdepan atau tingkat yang lebih tinggi. Metode ini disusun dari berbagai bagian
yang merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan, antara lain:
Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka
Kode kehormatan ini digunakan sebagai dasar dari seluruh aktifitas dari anggota pramuka.
Belajar Sambil Melakukan
Pendidikan dalam Gerakan Pramuka merupakan proses dari rekaman pengalaman saat
melakukan kegiatan. Kepramukaan bukanlah suatu textbook yang harus dihafalkan, namun
merupakan kegiatan. “perencanaan – melakukan – evaluasi” merupakan satu rangkaian kegiatan.
Feedback (debrief) untuk menggali pengalaman dan hal-hal yang menjadi pelajaran dalam seluruh
rangkaian kegiatan memegang peranan penting dalam suatu kegiatan.
Sistem Berkelompok
Sistem berkelompok dalam Gerakan Pramuka merupakan wadah berlatih anggota untuk bisa
bersinergi dengan orang lain, bekerjasama, berlatih untuk memimpin dan dipimpin. Satuan dalam
Gerakan Pramuka dikelompokkan sesuai dengan perkembangan jiwa dalam satu satuan untuk
memastikan pengembangan diri mereka sesuai dengan lingkungan tempat mereka hidup.

Kegiatan yang menantang dan meningkat serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan rohani dan jasmani peserta didik
Kegiatan menantang tidak selalu mengandung resiko yang cukup besar bagi pesertanya. Inti dari
kegiatan menantang adalah bagaimana kita bisa membuat suatu kegiatan menjadi menarik,
menantang untuk diselesaikan. Setiap kegiatan kepramukaan harus dieksplorasi nilai pendidikan
yang terkandung didalamnya karena Pramuka merupakan organisasi pendidikan.
Kegiatan kepramukaan bisa dilakukan oleh siapa saja namun menjadi sesuatu yang berbeda saat
tingkat tantangan kegiatan menyesuaikan dengan kondisi peserta (kondisi mental, fisik, finansial
dan kesehatan).
Kegiatan di alam terbuka
Berkegiatan di alam terbuka akan membuat sesorang lebih ekspresif dan bebas, Dari sini akan
timbul kreatifitas dalam menyelesaikan persoalan yang ada. Berada di alam terbuka akan
membuat seseorang menjadi lebih kuat dan menghargai lingkungan dimana dia tinggal. Apakah
alam terbuka berarti harus di hutan? BELUM TENTU! Istilah alam terbuka mengajak kita untuk
lebih banyak bergaul dengan lingkungan sekitar kita, belajar dari situ, membebaskan pikiran
tanpa dihalangi oleh dinding kelas.
Sistem Tanda Kecakapan
Pramuka memberi penghargaan bagi mereka yang telah mencapai tingkat atau skill tertentu
dengan memberikan badge yang membuktikan bahwa si pemakai mempunyai kualitas sesuai
dengan yang tertera pada badge. Hal ini untuk memacu anggotanya untuk meningkatkan
kemampuan serta standarisasi.
Sistem Satuan Terpisah untuk satuan putera dan puteri
Pendidikan untuk semua, baik putra maupun putri. Pramuka memberi kegiatan yang bisa
dilaksanakan oleh putra maupun putri tanpa melanggar norma. Sistem satuan terpisah diterapkan
pada lingkungan tinggal serta tempat istirahat (tidur). Satuan terpisah ini tidak didefinisikan
sebagai pemisahan segala hal dalam gerakan pramuka, tetapi satuan terpisah ini lebih
didefinisikan kepada perbedaan kebutuhan antara anggota putra dan putrid sehingga memicu
untuk dipisahkannya beberapa hal dalam gerakan pramuka (misal: Pola Pembinaan)
Kiasan Dasar
Simbol / Istilah / kiasan yang digunakan didalam gerakan pramuka mendefinisikan sesuatu.
Umumnya, simbol-simbol / kiasan – kiasan yang dipergunakan didalam gerakan pramuka selalu
berhubungan dengan alam sekitar dan mudah dikenal.

Simbol – simbol yang digunakan memiliki makna tertentu yang berhubungan dengan sesuatu
yang diwakilinya. Misalkan, raimuna. Raimuna adalah kegiatan bertemunya seluruh pimpinan
pramuka penegak pandega baik ditingkat kwartir ranting, cabang, daerah maupun nasional.
Dalam bahasa aslinya (bahasa PAPUA), raimuna berarti pertemuan kepala suku untuk
menghasilkan suatu kebaikan.